Selasa, 08 Maret 2011

SEKOLAH BERWAWASAN/ BERBUDAYA LINGKUNGAN

Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan pada hakekatnya merupakan segenap apa yang kita ketahui tentang suatu objek tertentu, termasuk ke dalamnya adalah ilmu. Ilmu merupakan bagian dari pengetahuan yang diketahui oleh manusia di samping pengetahuan lainnya seperti seni dan agama.
Pengetahuan merupakan sumber jawaban bagi berbagai pertanyaan yang muncul dalam kehidupan sehari-hari dan untuk menawarkan berbagai kemudahan. Setiap jenis pengetahuan mempunyai ciri-ciri yang spesifik mengenai apa (ontologi), bagaimana (epistomologi), dan untuk apa (aksiologi) pengetahuan tersebut disusun. Ketiga landasan itu saling berkaitan. Pengetahuan (ilmu) secara formal dapat diperoleh dari dunia pendidikan.
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak manusia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara (www.menlh.go.id).

Pengertian Lingkungan Hidup
Istilah lingkungan hidup, dalam bahasa Inggris disebut dengan environment, dalam bahasa Belanda disebut milieu atau dalam bahasa Perancis disebut dengan I’environment (Siahaan, 2004).

Lingkungan adalah segala sesuatu yang terdapat di sekitar makhluk hidup dan berpengaruh terhadap aktivitas makhluk hidup. Menurut Undang – Undang tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup No. 23 tahun 1997 dalam Siahaan (2004), Lingkungan Hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain.

Pengertian Pendidikan Lingkungan Hidup
Pendidikan lingkungan yang dikembangkan bersama-sama dengan Pendidikan Kependudukan dan disebut sebagai Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup (PKLH). Secara terpisah yang dimaksudkan dengan Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) adalah upaya mengubah perilaku dan sikap yang dilakukan berbagai pihak atau elemen masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan kesadaran masyarakat tentang nilai–nilai lingkungan dan isu permasalahan lingkungan yang pada akhirnya dapat menggerakkan masyarakat berperan aktif dalam upaya pelestarian dan keselamatan lingkungan untuk kepentingan generasi sekarang dan yang akan datang.
Pendidikan lingkungan hidup formal adalah kegiatan pendidikan di bidang lingkungan hidup yang diselenggarakan melalui sekolah, terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menegah dan pendidikan tinggi dan dilakukan secara terstruktur dan berjenjang dengan metode pendekatan kurikulum yang terintegrasi maupun kurikulum yang monolitik (tersendiri).
Pendidikan lingkungan hidup nonformal adalah kegiatan pendidikan di bidang lingkungan hidup yang dilakukan di luar sekolah yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang (misalnya pelatihan AMDAL).
Pendidikan lingkungan hidup informal adalah kegiatan pendidikan di bidnag lingkungan hidup yang dilakukan diluar sekolah dan dilaksanakan tidak terstruktur maupun tidak berjenjang.
Kelembagaan pendidikan lingkungan hidup adalah seluruh lapisan masyarakat yang meliputi pelaku, penyelenggaraan dan pelaksana pendidikan lingkungan hidup, baik di jalur formal, nonformal dan informal.
Visi pendidikan lingkungan hidup yaitu: Terwujudnya manusia Indonesia yang memiliki pengetahuan, kesadaran dan keterampilan untuk berperan aktif dalam melestarikan dan meningkatkan kualitas lingkungan hidup (www.menlh.go.id).

Pengetahuan tentang lingkungan tidak pernah berdiri sendiri. Pembahasan isu ’sustainability’ (keberlanjutan) selalu meliputi keterkaitan antara aspek manusia, ekonomi dan lingkungan. Dengan demikian maka sebuah program pendidikan lingkungan harus merupakan integrasi dari berbagai aspek. Mempelajari lingkungan tidak hanya yang terkait dengan lingkungan alam, tapi juga kondisi sosial dan budaya masyarakat, ilmu pengetahuan dan teknologi, pertimbangan ekonomi, dan yang terpenting adalah keseimbangan antara segala aspek tersebut (Andri, 2007).
Pendidikan lingkungan memiliki peran yang strategis dan penting dalam mempersiapkan manusia untuk memecahkan masalah lingkungan sebagaimana telah diputuskan secara internasional pada Konferensi Bumi di Brazil dan tertuang dalam Agenda 21 pada Bab 36. Hanya melalui pendidikan lingkungan orang dapat mengembangkan segi pemikiran dalam mendukung langkah yag tepat untuk skala lokal dan global. Kepedulian bukan merupakan tujuan akhir dari pendidikan lingkungan namun harus juga diikuti oleh langkah nyata (Joomla, 2004).


Masalah – Masalah Lingkungan Global

I. Pemanasan Global dan Perubahan Iklim
Atmosfer bumi tidak pernah bebas dari perubahan, dengan meningkatnya jumlah penduduk yang disertai dengan meningkatnya kegiatan manusia terutama dalam bidang transportasi. Terjadinya kenaikan suhu di seluruh permukaan bumi dikenal dengan pemanasan global (Achmad, 2004). Pemanasan global terdiri dari dua kata: yaitu “pemanasan” = naiknya suhu, semakin panas dan “global” = bumi, dunia, menyeluruh. Jadi, pemanasan global dapat diartikan naiknya suhu bumi (http://www.effectofglobalwarming.com). Pemanasan global ini terjadi sangat cepat yang disebabkan peningkatan efek rumah kaca dan gas rumah kaca.
Pemanasan global ditandai dengan dua hal yaitu meningkatnya suhu muka bumi dan naiknya permukaan laut. Bumi ini adalah sistem yang tertutup, seperti dalam rumah kaca, dimana energi matahari yang masuk ke bumi tidak bisa dipantulkan atau dibuang ke luar angkasa karena tertahan oleh gas-gas yang disebut gas rumah kaca, yang merupakan hasil buangan aktifitas manusia baik dari pembakaran di industri, transportasi, rumah tangga dll. Karena itu bumi makin panas (www.ristek.go.id/index.php).
Efek rumah kaca yaitu: Energi matahari yang masuk ke bumi mengalami: 25% dipantulkan oleh awan atau partikel lain di atmosfer; 25% diserap awan; 45% diabsorpsi permukaan bumi; 5% dipantulkan kembali oleh permukaan bumi.

Gas – gas yang memegang peranan penting dalam meningkatkan efek rumah kaca dan disebut gas rumah kaca. Macam-macam gas rumah kaca (http://www.effectofglobalwarming.com), yaitu:
  • Uap air, uap air ini dapat menjadi sebuah ‘lingkaran setan’, karena dengan semakin meningkatnya suhu bumi, maka air (laut, danau, dll) akan semakin banyak yang menguap dan menambah jumlah uap air di atmosfer, dengan kondisi demikian suhu bumi pun akan semakin meningkat, karena uap air juga merupakan gas rumah kaca.
  • Karbondioksida (CO2), gas CO2 adalah faktor kedua terbesar penyebab pemanasan global.
  • Metan, merupakan insulator (zat penyerap, tidak menghantarkan, isolator) yang efektif, mampu menangkap panas 20 kali lebih banyak bila dibandingkan karbondioksida. Metana dilepaskan selama produksi (penambangan, pengeboran) dan transportasi (pengolahan) batu bara, gas alam, dan minyak bumi. Gas ini efeknya lebih parah daripada CO2, tetapi jumlahnya jauh lebih sedikit dibanding CO2, sehingga dampaknya tidak sebesar CO2.
  • Nitrogen oksida, adalah gas insulator panas yang sangat kuat. Ia dihasilkan terutama dari pembakaran bahan bakar fosil dan oleh lahan pertanian. Nitrogen oksida dapat menangkap panas 300 kali lebih besar dari karbondioksida.
  • Klorofluorokarbon (CFC), gas ini dihasilkan oleh pendingin-pendingin yang menggunakan freon, seperti kulkas, AC, dll. Gas ini selain mampu menahan panas juga mampu mengurangi lapisan ozon, yang berguna untuk menahan sinar ultraviolet masuk ke dalam bumi.
Efek dari pemanasan global ini sangat luas antara lain, 1) Perubahan iklim yang berdampak pada pertanian khusunya pada perubahan pola tanam, 2) Di daerah tropis dapat menyebabkan kekeringan berkepanjangan sehingga produktivitas tanaman menurun. Selain itu juga, pada siang hari suhu udara jauh lebih panas, 3) Wilayah tropis meluas sampai ke daerah subtropis, sehingga negara subtropis bisa menanam tanaman tropis yang bisa menjadi pesaing negara tropis, 4) Perubahan biota laut, berakibat pada berubahnya pola atau tempat penangkapan ikan di laut, 5) Merebaknya berbagai wabah penyakit yang tidak ada sebelumnya seperti penyakit yang disebabkan nyamuk, dan hewan pembawa penyakit lainnya, seperti flu burung, 6) Hujan asam dan lautan menjadi lebih asam, 7) Mencairnya es dan gleiser di kutub sehingga menyebabkan kenaikan permukaan air laut dan makin tingginya radiasi matahari di bumi (www.ristek.go.id/index.php).

Pencegahan Pembersihan
· Mengurangi penggunaan bahan bakar fosil (khususnya batu bara),
· Mengganti batu bara dengan gas alam,
· Mentransfer efisiensi energi dan teknologi untuk memperbaruhi energi di negara sedang berkembang,
· Memperbaiki efisiensi energi,
· Memanfatkan sumber daya energi yang dapat diperbaruhi,
· Mengurangi penebangan hutan,
· Menggunakan pertanian yang berkelanjutan,
· Menurunkan pertumbuhan populasi manusia.
· Menghilangkan CO2 dan smokestack dan emisi kendaraan bermotor,
· Menyimpan CO2 dengan menanam tumbuhan,
· Menyimpan CO2 di bawah tanah,
· Menyimpan CO2 di dalam tanah,
· Menyimpan CO2 di dalam laut.
(Soegianto, 2005)

I “Acid Rain” (Hujan Asam)
Atmosfer dapat mengangkut berbagai zat pencemar ratusan kilometer jauhnya, sebelum menjatuhkannya ke permukaan bumi. Dalam perjalanan jarak jauh ini, atmosfer bertindak sebagai reactor kimia yang kompleks merubah zat pencemar setelah berinteraksi dengan substansi lain, uap air dan energi matahari. Pada kondisi tertentu sulfur oksida (SOx) dan nitrogen oksida (NOx) hasil pembakaran bahan bakar fosil akan bereaksi dengan molekul – molekul uap air di atmosfer menjadi asam sulfat (H2SO4) dan asam nitrat (HNO3) yang selanjutnya turun ke permukaan bumi bersama air hujan, pH normal air hujan adalah 5,6 karena adanya pencemar udara tersebut yang bereaksi dengan air hujan membentuk asam dan menurunkan pH air hujan yang dikenal dengan hujan asam “acid rain” (Achmad, 2004).
Secara sederhana, reaksi pembentukan hujan asam adalah sebagai berikut :
S(s) + O2 (g) → SO2 (g)
2SO2 (g) + O2 (g) → 2SO3 (g)
SO3 (g) + H2O (l) → H2SO4 (aq)

Pengaruh hujan asam terhadap kesehatan manusia, harta benda, ekonomi dan ekosistem (Soegianto, 2005), adalah:
a. Menyebabkan penyakit pernapasan pada manusia (bronchitis dan asma),
b. Melarutkan logam seperti timbal dan tembaga sehingga dapat mencemari air minum,
c. Merusak patung, bangunan, logam dan cat kendaraan,
d. Menurunkan visibilitas atmosfer karena adanya partikel sulfat,
e. Kerusakan lapisan lilin pelindung daun tumbuhan,
f. Menurunkan ketahanan tumbuhan terhadap penyakit dan melarutkan nutrient dari daun,
g. Mengganggu proses perkecambahan benih tumbuhan,
h. Melarutkan nutrient penting tanaman seperti kalsium dan magnesium dari tanah,
i. Jika pH mendekati 5, spesies plankton yang tidak diinginkan dan lumut akan segera menginvasi perairan, populasi ikan Smallmounth bass berkurang,
j. Jika pH di bawah 5, populasi ikan mulai hilang, dasar perairan tertutup dengan material yang tidak terurai dan lumut mendominasi daerah pantai,
k. Jika pH di bawah 4.5, perairan sunyi dari ikan,
l. Merkuri yang diemisikan oleh pembangkit listrik tenaga batu bara dapat mengkontaminasi kolam, danau dan sungai.

III. Menipisnya Lapisan Ozon
Atmosfer merupakan lautan udara yang terdiri dari gas – gas penting, yang banyak berguna bagi kehidupan. Atmosfer dibagi dalam beberapa lapisan, yaitu: troposfer, stratosfer, kemosfer, ionosfer, mesosfer dan eksosfer.
Troposfer adalah lapisan paling bawah, paling dekat ke permukaan bumi. Lapisan ini paling tinggi 9-10 mil di atas permukaan laut. Stratosfer adalah lapisan penutup. Lapisan ini merupakan lapisan penutup bagi lapisan tropo dan berada pada ketinggian 7,5-19 mil di atas permukaan laut. Di atas lapisan stato ini adalah kemosfer. Lapisan ini berada pada ketinggian 19-49 mil di atas permukaan laut. Lapisan berikutnya adalah lapisan ionosfer, yang berada pada ketinggian 49-246 mil di atas permukaan laut. Lapisan berikutnya adalah mesosfer dan eksosfer yang keduanya adalah lapisan yang sangat renggang (Ritonga, 2003).

Ozon adalah suatu bentuk oksigen dengan tiga atom (O3). Secara alamiah ozon tersebar dalam stratosfer membentuk lapisan yang tebalnya kurang lebih 35 km. Konsentrasi ozon dilapisan stratosfer bervariasi menurut ketinggian. Lapisan ozon yang tipis ini bila dibandingkan dengan tebalnya seluruh atmosfer bumi cukup efisien dalam menyaring semua sinar ultraviolet matahari yang berbahaya bagi makhluk hidup di bumi (Achmad, 2004).
Sinar ultra violet yang tidak difilter oleh lapisan ozon akan berbahaya bagi manusia. Selain dari itu sinar ultra violet yang tidak difilter oleh lapisan ozon, sesampainya di atmosfer permukaan bumi akan menjadi panas yang mengakibatkan kenaikan suhu bumi. Kenaikan suhu bumi akan mengakibatkan berkurangnya kenyamanan hidup di planet bumi ini. Disamping itu kenaikan suhu bumi juga akan menyebabkan naiknya permukaan air laut yang menyebabkan beberapa kota di tepi pantai akan tenggelam. Hal ini terjadi karena mencairnya es di kutub (Arya, 2004).
Menipisnya lapisan ozon di stratosfer dapat menyebabkan radiasi UV sampai ke permukaan bumi (Soegianto, 2005), akibatnya:
1. Berbahaya bagi kesehatan manusia: menyebabkan katarak, kanker kulit;
2. Menekan sistem kekebalan, sehingga tubuh lebih rentan terhadap infeksi penyakit;
3. Meningkatkan terjadinya hujan asam dan photochemical smog do troposfer;
4. Menurunkan produksi hasil pertanian;
5. Menurunkan produktivitas hutan, sehingga merangsang terjadinya pemanasan global karena tanaman hutan tidak menyerap CO2;
6. Mendegradasi berbagai mineral seperti cat, plastik, patung dan lain-lain;
7. Menurunkan produktivitas fitoplankton, sehingga merangsang terjadinya pemanasan global karena fitoplankton tidak dapat menyerap CO2, dan menurunkan produksi hasil laut.

Sekolah Berwawasan / Berbudaya Lingkungan
Kebersihan dan kesehatan lingkungan sekolah perlu diwujudkan sebagai bentuk kebersamaan antara dunia pendidikan dan pemerintah. Salah satu program untuk mewujudkan sekolah berwawasan lingkungan hidup adalah dengan mengadakan kegiatan penilaian penyelenggaraan sekolah berwawasan lingkungan hidup (http://bapedalda.diy.go.id/fileopen.php).
Sekolah Berwawasan / Berbudaya Lingkungan (SBL) adalah suatu konsep pendidikan lingkungan yang diterapkan di sekolah, agar semua warga sekolah dapat meningkatkan budaya hidup bersih, sehat, nyaman, dan tidak destruktif terhadap masalah lingkungan. Bagaimana menciptakan keseimbangan hidup antar warga sekolah dengan alam sekelilingnya dengan dilandasi kesadaran dan kepedulian yang tinggi. Sekolah senantiasa mengajak warganya atau komunitas sekolah untuk menerapkan prinsip hidup bersih, sehat, nyaman dan tidak destruktif terhadap lingkungan sekitar. Dengan kata lain, sekolah diharapkan dapat selalu memelihara lingkungan sekitar dengan baik, karena imbasnya akan kembali kepada warga sekolah itu sendiri (http://www.dikdasmen.org/files/advertorial/SBL.FINAL.pdf).
Untuk membangun kesadaran dan kepedulian bukanlah mudah. Untuk membangun kesadaran diperlukan para pejuang yang gigih untuk mengajak dan membangkitkan semangat agar warga sekolah berbudaya lingkungan (http://www.dikdasmen.org/files/advertorial/SBL.FINAL.pdf). Maka untuk itu tujuan dari Sekolah Berwawasan Lingkungan adalah menumbuhkan kepedulian pengelola sekolah, para guru, siswa dalam melestarikan lingkungan; meningkatkan komitmen para guru dan siswa untuk mewujudkan kebersihan, penghijauan, penataan serta keasrian lingkungan; dan meningkatkan kreativitas siswa, guru dan pengelola lembaga pendidikan dalam penataan taman, penghijauan, keteduhan dan kebersihan lingkungan sekitarnya. Dengan kriteria dan aspek penilaian yang terdiri dari: (1) Penilaian fisik sekolah meliputi manajemen kerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Sekolah, luas areal lokasi sekolah, luas bangunan fisik, sarana dan prasarana sekolah, perbandingan pendidikan guru, kegiatan ekstrakurikuler dan lain-lain. (2) Penilaian aspek penghijauan sekolah, aspek kerindangan dan aspek kehijauan dan keindahan. (3) Penilaian kebersihan sekolah. (4) Prestasi sekolah di bidang lingkungan. (5) Penilaian fisik lapangan (lingkungan, drainase, tempat pembuangan sampah, WC/Kamar Mandi (http://www.bapedaldasu.go.id/informasi_detail.php).


Terbaru dari MENLH di tahun 2007 Program Adiwiyata
Program Adiwiyata adalah salah satu program Kementrian Lingkungan Hidup dalam upaya rangka mendorong terciptanya pengetahuan dan kesadaran warga sekolah dahulu dalam upaya pelestarian lingkungan hidup. Dalam program ini diharapkan setiap warga sekolah dapat ikut terlibat dalam kegiatan sekolah menuju lingkungan yang sehat dan menghindarkan dampak lingkungan yang negatif.
Tujuan Program Adiwiyata adalah menciptakan kondisi yang baik bagi sekolah agar menjadi tempat pembelajaran dan penyadaran warga sekolah (guru, murid dan pekerja lainnya), sehingga dikemudian hari warga sekolah tersebut dapat turut bertanggung jawab dalam upaya – upaya penyelamatan lingkungan dan pembangunan berkelanjutan.
Program Adiwiyata dikembangkan berdasarkan norma – norma dalam berperikehidupan yang antara lain meliputi: kebersamaan, keterbukaan, kesetaraan, kejujuran, keadilan, dan kelestarian fungsi lingkungan hidup dan sumber daya alam.
Prinsip – prinsip dasar Program Adiwiyata adalah partisipatif (komunitas sekolah terlibat dalam manajemen sekolah yang meliputi keseluruhan proses perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi sesuai dengan tanggung jawab dan peran) dan berkelanjutan (seluruh kegiatan harus dilakukan secara terencana dan terus menerus secara komprehensif).
Dalam mewujudkan Program Adiwiyata telah ditetapkan bebrapa indikator yaitu: (i) Pengembangan Kebijakan Sekolah peduli dan Berbudaya Lingkungan. (ii) Pengembangan Kurikulum Berbasis Lingkungan. (iii) Pengembangan Kegiatan Berbasis Partisipasif. (iv) Pengembangan dan atau Pengelolaan Sarana Pendukung Sekolah (www.menlh.go.id).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar