Selasa, 08 Maret 2011

KURIKULUM BIOLOGI UNTUK MEMBERDAYAKAN BERPIKIR

Sains Biologi dan Hakikat Pendidikan Biologi

Hakikat Biologi
Biologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu “bios” yang artinya hidup dan “logos” yang artinya ilmu. Jadi, biologi adalah ilmu yang mempelajari sesuau yang hidup beserta masalah-masalah yang menyangkut kehidupan. Obyek kajian biologi sangat luas dan mencakup semua makhluk hidup. Karenanya dikenal berbagai cabang ilmu biologi yang mengkhususkan diri pada kajian tertentu yang lebih spesifik, di antaranya anatomi, anastesi, zoologi, botani, bakteriologi, parasitologi, ekologi, genetika, embriologi, entomologi, evolusi, fisiologi, histologi, mikologi, mikrobiologi, morfologi, paleontologi, patologi, dan lain sebagainya.
Aristoletes (384-322 SM) adalah seorang ilmuwan dan filosof Yunani yang dipercayai sebagai perintis ilmu biologi. Ia telah mempelajari tentang 500 jenis hewan dengan sistem klasifikasinya, hal ini memberi pengaruh yang besar pada pemikiran dalam perkembangan ilmu-ilmu biologi (Salam, 1997).
Ilmu biologi banyak berkembang pada abad ke-19, dengan ilmuwan menemukan bahwa organisme memiliki karakteristik pokok. Biologi kini merupakan subyek pelajaran sekolah dan universitas di seluruh dunia, dengan lebih dari jutaan makalah dibuat setiap tahun dalam susunan luas jurnal biologi dan kedokteran. Hal ini juga mendukung perkembangan ilmu pendidikan biologi, yaitu ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang bagaimana hubungan pendidikan dengan biologi, bagaimana cara mempelajari dan mengajarkan biologi dengan baik dan benar, baik pada instusi pendidikan formal maupun non formal.

Hakikat Pendidikan Biologi
Istilah pendidikan berasal dari bahasa Yunani, Paedagogy, yang mengandung makna seorang anak yang pergi dan pulang sekolah diantar seorang pelayan. Sedangkan pelayan yang mengantar dan menjemput disebut paedagogos. Dalam bahasa Romawi, pendidikan diistilahkan dengan educate yang berarti mengeluarkan sesuatu sesuatu yang berada di dalam. Dalam bahasa Inggris, pendidikan diistilahkan to educate yang berarti memperbaiki moral dan melatih intelektual (Suwarno, 2006).
Pendidikan biologi mestinya memberikan andil dalam perkembangan biologi dari waktu ke waktu. Pengenalan berbagai organisme yang berguna diperlukan manusia dalam kehidupan sehari-hari. Karena yang dikenal manusia banyak, pengetahuan tersebut perlu dikelompokkan sehingga berkembang taksonomi dan sistematik. Selanjutnya manusia mempelajari biofungsi, bioperkembangan, dan bioteknologi. Manusia memperoleh banyak manfaat dari semua itu, tetapi pendidikan biologi perlu membekali biomanajamen dan bioetika agar penerapan pengetahuan di lingkungannya membawa arah pemberdayaan berkelanjutan. Seyogianya pendidikan biologi memberi siswa bekal keterampilan, pengetahuan dan persepsi yang dilandasi kesadaran akan pentingnya etika dalam mengolah bahan di lingkungannya. Manusia hendaknya menjadi pemelihara keanekaragaman dan fungsi lingkungan agar manusia tetap dapat mengambil manfaat dari keanekaragaman dan lingkungan tetap dapat mendukung kehidupan manusia pada masa kini, maupun pada masa yang akan datang. Jadi dari semua itu sebenarnya pendidikan biologi atau bioedukasi yang perlu berperan agar lingkungan dan alam tetap bersahabat dengan manusia.
Jadi, pendidikan biologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang bagaimana hubungan pendidikan dengan biologi, bagaimana cara mempelajari dan mengajarkan biologi dengan baik dan benar, baik pada instusi pendidikan formal maupun non formal. Pendidikan untuk pengajaran Biologi perlu dan dapat dimuati unsure pembentukan karakter melalui pengembangan sikap ilmiah (scientific attitude). Beberapa jenis sikap ilmiah yang dapat dikembangkan melalui pengajaran sains antara lain meliputi: curiosity (sikap ingin tahu), respect for evidence (sikap untuk senantiasa mendahulukan bukti), flexibility (sikap luwes terhadap gagasan baru), critical reflection (sikap merenung secara kritis), sensitivity to living things and environment (sikap peka/ peduli terhadap makhluk hidup dan lingkungan). Cara pengajaran dapat diintegrasikan dengan penyisipan dan penanaman nilai-nilai sains di dalamnya. Nilai-nilai yang dimaksud antara lain adalah nilai praktis, nilai intelektual, nilai religius, nilai sosial-ekonomi, dan nilai pendidikan.
Hakikat pendidikan biologi adalah pemahaman tentang pentingnya mempelajari alam sehingga akan membawa manusia pada kehidupan bermakna dan bermartabat. Secara filosofis, hakikat pendidikan biologi menjelaskan bagaimana proses pembentukan pemikiran manusia dalam kaitannya mempelajari alam sekitar, sehingga cara pandang biologi terhadap proses berpikir dapat dipertimbangkan sebagai suatu alternative pendekatan dalam ilmu sains.

Kurikulum Pembelajaran Biologi
Kurikulum adalah serangkaian rencana pengajaran dan sebagai suatu system (system kurikulum) yang merupakan bagian dari system persekolahan atau suatu lembaga pendidikan. Kurikulum sebagai rencana pengajaran berisi tujuan yang ingin dicapai, bahan pelajaran yang akan disajikan, kegiatan pengajaran, alat-alat pengajaran, dan jadwal waktu pengajaran. Sebagai suatu system, kurikulum merupakan bagian atau subsistem dari keseluruhan kerangka organisasi sekolah atau system sekolah (Sukmadinata, 2010).
Kurikulum biologi disempurnakan untuk meningkatkan mutu pendidikan Biologi secara nasional. Saat ini kesejahteraan bangsa tidak hanya lagi bersumber pada sumber daya alam dan modal yang bersifat fisik, tetapi bersumber pada modal intelektual, sosial dan kepercayaan (kredibilitas). Dengan demikian tuntutan untuk terus menerus memutakhirkan pengetahuan biologi menjadi suatu keharusan. Mutu lulusan tidak cukup bila diukur dengan standar lokal saja sebab perubahan global telah sangat besar mempengaruhi ekonomi suatu bangsa. Industri baru dikembangkan dengan berbasis kompetensi biologi tingkat tinggi, maka bangsa yang berhasil adalah bangsa yang berpendidikan dengan standar mutu yang tinggi. Kurikulum Biologi menyediakan berbagai pengalaman belajar untuk memahami konsep dan proses sains. Pemahaman ini bermanfaat bagi siswa agar dapat menanggapi: i) isu lokal, nasional, kawasan, dunia, sosial, ekonomi, lingkungan dan etika; ii) menilai secara kritis perkembangan dalam bidang sains dan teknologi serta dampaknya; iii) memberi sumbangan terhadap kelangsungan perkembangan sains dan teknologi; dan iv) memilih karir yang tepat. Oleh karena itu, kurikulum sains lebih menekankan agar siswa menjadi pembelajar aktif dan luwes (Depdiknas, 2003).

Berpikir
Berpikir adalah proses yang intens untuk memecahkan masalah, dengan menghubungkan satu hal dengan yang lain, sehingga mendapatkan pemecahan. Yang menjadi masalah adalah bahwa hal-hal yang akan dihubungkan tersebut belum tentu ada atau hadir di benak kita. Oleh karena itu berpikir melibatkan kemampuan untuk membayangkan atau menyajikan objek-objek yang tidak ada secara fisik atau kejadian-kejadian yang tidak sedang berlangsung.
Berpikir kreatif adalah suatu cara berpikir dimana seseorang mencoba menemukan hubungan-hubungan baru, untuk memperoleh jawaban baru terhadap masalah. Dalam berpikir kreatif ini, seseorang dituntut untuk dapat memperoleh lebih dari satu jawaban terhadap suatu persoalan dan untuk itu maka diperlukan imajinasi.
Contoh berpikir kreatif adalah:
· Andaikanlah apabila anda menjadi seorang astronot?
· Bila anda terdampar seorang diri di pulau, apa yang akan anda lakukan?
Berpikir analitis adalah berpikir yang sebaliknya menggunakan suatu pendekatan logis menuju ke jawaban tunggal.
Sebenarnya dalam menghadapi suatu masalah kita membutuhkan kedua jenis berpikir tersebut, yaitu berpikir logis-analitis dan berpikir kreatif. Berpikir logis-analitis oleh Guilford disebut dengan berpikir konvergen, karena cara berpikir ini cenderung menyempit dan menuju ke jawaban tunggal. Sementara itu berpikir kreatif sering disebut oleh Guilford sebagai berpikir divergen, karena di sini pikiran didorong untuk menyebar jauh dan meluas dalam mencari ide-ide baru.

Struktur Biologis dan Proses Berpikir
Struktur biologis yang sangat unik pada manusia yang memiliki kemampuan berpikir adalah otak. Otak manusia beratnya tidak lebih dari 1,5 kg. Otak adalah pusat berpikir, berperilaku, serta pusat emosi manusia yang mencerminkan seluruh dirinya (selfhood), kebudayaan, kejiwaan, serta bahasa dan ingatan. Seorang filsuf, Rene Descartes, pernah mengatakan bahwa otak sebagai pusat kesadaran manusia diibaratkan sebagai sains, sedangkan badan manausia sebagai kudanya. Otak merupakan kumpulan sel-sel saraf yang memiliki fungsi pengaturan dan pusat kontrol semua kegiatan yang dilakukan oleh seluruh anggota tubuh manusia.
Pada saat kelahiran, otak telah menata dirinya menjadi lebih dari 40 fungsional wilayah yang berbeda yang mengatur hal-hal seperti penglihatan, pendengaran, bahasa, dan gerakan otot. Otak memproses data indrawi yang masuk ke dan melalui daerah fungsional. Pengolahan tersebut dilakukan sebagai data sensoris masuk melalui jalan dari lima indera-semua yang kita lihat, dengar, merasa, bau, dan rasa. Panca indera adalah salah satu caranya otak untuk mendapatkan data tentang dunia luar. Untuk meningkatkan input, otak mengkonstruksi mekanisme motorik yang meningkatkan pengumpulan informasi. Perangkat tambahan ini terdiri atas jaringan sederhana dan refleks otomatis untuk berpikir dan eksplorasi.

Sebagai sistem penyimpanan data, otak membutuhkan tak terhitung jumlah gambar, mengumpulkan mereka satu demi satu, dan menyimpan dalam bentuk bagian-bagian khusus di sel otak. Kelebihan sel otak adalah bahwa satu sel bisa dipanggil berkali-kali untuk mengidentifikasi factor yang sama, misalnya apakah ada sesuatu yang horizontal atau vertikal. Satu sel ini dapat mengenali beragam objek vertical seperti gedung, buku, atau pensil. Setiap sel otak memiliki kapasitas untuk menyimpan fragmen banyak kenangan. Kenangan ini atau karakteristik dunia dipecah menjadi unsur bagian- cahaya foton, molekul bau, getaran gelombang suara-siap dipanggil ketika koneksi jaringan tertentu perlu diaktifkan. Seperti penyimpanan informasi non-bahasa, aspek bahasa juga disimpan dalam berbagai bagian otak. Pendengaran, lisan, membaca visual dan kapasitas menulis disimpan secara terpisah. Nama hal-hal alam, seperti tanaman dan hewan, dicatat di salah satu bagian otak yaitu sebagai nama benda, mesin, dan benda lainnya buatan manusia disimpan di tempat lain. Kata dipisahkan dari verba, dan fonem dari kata-kata.
Adaptasi biologis tertentu pada tubuh memungkinkan manusia untuk menghasilkan, mendengar, dan mengenali suara merupakan hal penting untuk kelangsungan hidup. Butuh waktu lama bagi manusia untuk membalikkan cara untuk menyampaikan informasi dengan menggunakan tanda sebagai simbol. Manusia secara biologis tidak dirancang untuk tujuan membaca atau menulis. Membaca dan menulis merupakan potensi biologis yang dirancang untuk keperluan lain. Satu-satunya cara kita bisa belajar apa pun adalah melalui struktur biologis kita.

Tahapan Biologis dan Proses Berpikir
Dibandingkan dengan organisme hidup lainnya, manusia memasuki dunia dengan kepala kosong. Banyak jenis burung, ikan, dan hewan lainnya dilahirkan dengan otak yang telah terprogram dengan informasi yang memungkinkan mereka untuk bertahan hidup, mengumpulkan makanan, dan mereproduksi jenis mereka sendiri. Misalnya, beberapa burung yang bermigrasi dapat melakukan perjalanan ke lokasi di mana mereka tidak pernah jelajahi sebelumnya, yang memungkinkan mereka untuk bertahan hidup. Hewan-hewan lainnya juga memiliki insting yang independen untuk belajar. Tapi bayi manusia yang baru dilahirkan sangat tidak berdaya. Dia harus membangun pengetahuan tentang dunianya sendiri secara bertahap.
Dari perspektif biologis, manusia yang dilahirkan dengan pengetahuan yang amat sangat kurang adalah hal yang istimewa. Hal ini memperkuat kemampuan spesies untuk bertahan hidup. Manusia dapat berkembangbiak di hampir lingkungan apapun, dan anak-anak mereka akan belajar tentang lingkungan melalui pengamatan dan interaksi dengan lingkungannya. Kita telah dikaruniai dengan hadiah genetic kuat satu-set kemampuan berpikir yang diprogram muncul secara bertahap, sehingga kita memiliki waktu untuk membangun kemampuan diri yang memungkinkan kita untuk belajar bagaimana bertahan hidup dalam lingkungan.
Kemampuan berpikir alami yang muncul pada manusia telah terbukti dengan baik. Dasar psikologis muncul melalui bukti kemampuan individu untuk menangani ide independen dan untuk berhubungan dalam meningkatkan kombinasi pemikiran dalam rentang usia dua atau tiga tahun dan sekitar usia 3 sampai 17 tahun (Pascual-Leone, 1970; Case, 1974). Hal ini juga dibangun melalui kecenderungan individu untuk meniru perilaku individu lain dalam rentang usia dua sampai tiga tahun dan saat mereka bertambah dewasa, untuk menggantikan diri menjadi contoh (Piaget, 1969). Dan banyak peneliti telah menemukan berbagai deskripsi tentang fenomena pemikiran manusia (Bruner, 1966; Erikson, 1950; Gagne, 1970; Vygotsky, 1974), yang mana semua ini digunakan dalam pengajaran siswa di dalam kelas.

A. Tahap 1 : Membangun sebuah Pengetahuan (Pemetaan suatu bentuk)
Aspek yang paling penting dari tahap ini adalah pembentukan objek permanen yaitu benda-benda yang telah diketahui sebelumnya meskipun dari hanya melihat. Pentingnya membangun pemikiran menjadi begitu mendasar bagi semua hal yang kita lakukan. Kita tidak akan tahu ke mana harus pulang pada malam hari, kita tidak berhenti membaca sebuah buku jika kita tidak bisa percaya bahwa tulisan pada halaman akan tetap sama ketika kita tidak membacanya. Mengetahui bahwa dunia dapat dipercaya untuk menjaga hal-hal tetap berada di tempatnya dan mereka adalah penting untuk semua pelajaran nanti.
Secara biologis, kita memiliki waktu sekitar tiga tahun usia anak-anak untuk menetapkan pengetahuan dasar lingkungan di mana kita hidup. Selain itu, otak dirancang untuk menyandikan kata-kata mudah. Anak-anak akan mengkodekan, rata-rata, sekitar 10 kata-kata baru setiap hari antara usia 2 sampai 5 tahun (Jackendoff, 1994). Anak-anak sangat aktif dan penuh semangat membentuk konsep dan mengaitkan konsep-konsep dengan kata-kata. Bahkan pada tahap awal, anak-anak mampu dengan sengaja melakukan proses penyelidikan yang berkontribusi pengetahuan untuk membangun pribadi anak.
B. Tahap 2 : Membandingkan hal yang telah diketahui untuk mempelajari hal yang belum diketahui
Kekuatan berpikir pada tahap ini luar biasa. Anak akan membentuk konsep mendasar tentang dunia fisik serta sifat (persamaan dan perbedaan perbandingan berdasarkan ukuran, bentuk, warna, dan sebagainya); tentang ordinal dan angka kardinal (satu per satu penulisan derajat yang bervariasi); tentang semua langkah (perbandingan ukuran yang dikenal, seperti tongkat meter, untuk ukuran yang tidak diketahui, seperti dimensi tabel), dan tentang penggunaan simbol yang bermakna (pengakuan kata). Anak akan belajar lebih banyak kata pada tahap ini daripada dia istirahat. Dia juga bisa belajar untuk membaca musik dan dengan koordinasi motorik yang tepat, memainkan alat musik, pola tari yang kompleks, atau melaksanakan rutinitas atletik senam atau lainnya.

C. Tahap 3 : Menempatkan hal secara bersama-sama
Proses berpikir berikutnya dimulai pada usia 6 tahun dan ditetapkan bagi kebanyakan anak usia 8 tahun (Lovell dan lain-lain, 1962; Smedslund, 1964; Bruner dan Kenney, 1966). Proses ini memungkinkan anak untuk mengelompokkan semua objek di set berdasarkan satu atribut umum. Tanpa instruksi formal, anak akan meletakkan semua benda biru bersama-sama dari susunan objek, dan kemudian terus mengurutkan kuning, merah, dan warna lainnya lainnya ke dalam kelompok-kelompok. Di sekolah formal, konsep "semua" dan "beberapa" dapat dengan mudah diajarkan pada tahap ini. Pada konsep-konsep ini, anak dapat membangun pemahaman tentang semua operasi dasar matematika. Aturan sederhana dapat dipahami dan dihasilkan oleh anak jika diberi kesempatan. Dalam keberadaan kita sehari-hari, kita jarang menggunakan berpikir lebih tinggi dari tahap ini.

D. Tahap 4 : Ide-ide simultan
Ketika anak-anak mulai memiliki mental berpikir yang menunjukkan mereka dapat menggabungkan lebih dari satu ide pada suatu waktu, mereka telah memasuki tahap 4. Bagi kebanyakan anak kemampuan ini terjadi pada usia 8 tahun dan terus berkembang sampai usia 10 tahun (Inhelder dan Piaget, 1964; Vernon, 1965). Siswa mulai menikmati permainan kata dan dapat dengan mudah mengerti homonim. Mereka mulai kreatif menulis dari "itu adalah sebuah rumah tua, yang merupakan rumah coklat; itu adalah rumah kosong" (deskripsi dari rumah, satu properti pada satu waktu) untuk "itu adalah, warna coklat tua, rumah kosong" (deskripsi bervariasi untuk kata benda yang sama). Penalaran ilmiah mereka mulai muncul dari berpikir trial and error atau mengikuti sebuah "resep" exprimental untuk merenungkan dampak dari membandingkan 2 situasi secara bersamaan dalam kondisi yang berbeda. Dalam pelajaran matematika, tempat dan nilai sekarang dapat dengan mudah dipahami. Esensi dari kualitas tulisan menjadi lebih jelas dan baik.

E. Tahap 5 : Hubungan-hubungan super ordinat atau sub-ordinat
Berpikir tentang hubungan antara kelompok-kelompok objek dan konsep lebih tinggi dari anak-anak merupakan indikator dari tahap perkembangan. Hal ini muncul pada usia 11 tahun. Berpikir menyadari bahwa jika salah satu koleksi benda-benda termasuk dalam kelompok, maka semua objek dalam pengelompokan yang lebih kecil adalah bagian dari yang lebih besar. Sebaliknya, bagian dari kelas yang lebih besar berisi semua yang lebih kecil. Ada pengakuan bahwa keseluruhan sama dengan jumlah bagian-bagiannya dan contoh untuk mewakili keseluruhan tidak ada. Pola kemampuan siswa pada tahap ini ditandai oleh masuknya satu atau lebih kelas objek di dalam kelas lebih tinggi dari objek. Siswa mengakui bahwa seluruh (Kelas besar) adalah sama dengan jumlah bagian-bagiannya (yang subclass) dan bahwa ada hubungan yang logis antara kelas besar dan kecil. Misalnya, siswa menyadari bahwa semua paus adalah mamalia tetapi bahwa tidak semua mamalia adalah paus. Pada tahap ini siswa dapat sepenuhnya memahami bahwa mereka hidup di kota tertentu dan negara tertentu pada saat yang sama, dan yang satu adalah lebih tinggi yang lain.

F. Tahap 6 : Penalaran Kombinasi
Tahap selanjutnya terungkap pada usia 13-14 tahun (Lawson dan Renner, 975; Lowery, 1981b), di mana siswa menjadi lebih fleksibel dalam berpikir. Individu pada tahap ini dapat mengklasifikasikan objek dengan satu atau lebih atribut, maka reklasifikasi mereka dalam berbagai cara yang berbeda, masing-masing menyadari bahwa cara yang diperbolehkan di waktu yang sama dan bahwa pilihan untuk pengaturan tergantung pada tujuan seseorang. Sekolah tidak harus terus mengajar di tingkat kelas atas seperti cara mereka mengajar di tingkat awal, hanya membuat konten yang lebih abstrak. Siswa perlu pengalaman yang tepat untuk berpikir bahwa mereka sedang belajar. Jika pengalaman tersebut tidak diberikan pada tahap ini, banyak siswa, sebagai orang dewasa, tidak akan mampu untuk mengidentifikasi dan mengisolasi kemungkinan kombinasi hubungan yang terlibat dalam masalah kompleks yang akan mereka hadapi dalam kehidupan pribadi dan professional mereka.

G. Tahap 7 : Berpikir fleksibel
Ketika tahap 7 muncul pada usia 16 tahun (Karplus dan Karplus, 1972; Lowery, 1981a; Lowery, 1981b), siswa dapat mengembangkan kerangka berpikir berdasarkan alasan logis tentang hubungan antara benda atau ide-ide, sementara pada saat yang sama menyadari bahwa pengaturan adalah salah satu dari banyak kemungkinan yang pada akhirnya dapat diubah berdasarkan wawasan baru. Tahap ini dicirikan oleh individu yang sudah mampu untuk mengklasifikasikan dan reklasifikasi objek atau ide-ide ke dalam hierarki yang terkait atau kelas inklusif. Pola pikiran manusia pada tahap ini menjadi kompleks dan dapat dinyatakan dalam berbagai cara.

2.5.1. Teori Perkembangan Piaget
Psikolog Swiss, Jean Piaget, merancang model yang mendeskripsikan bagaimana manusia memahami dunianya dengan mengumpulkan dan mengorganisasikan informasi. Menurut Piaget seperti yang dikutip Woolfolk (2009) perkembangan kognitif dipengaruhi oleh maturasi (kematangan), aktivitas dan transmisi sosial. Maturasi atau kematangan berkaitan dengan perubahan biologis yang terprogram secara genetik. Aktivitas berkaitan dengan kemampuan untuk menangani lingkungan dan belajar darinya. Transmisi sosial berkaitan dengan interaksi dengan orang-orang di sekitar dan belajar darinya.
Piaget mengadakan penelitian pada anak mengenai perkembangan kognitif anak. Dari penelitiannya Piaget mengusulkan 4 tahapan perkembangan kognitif yang tiap tahapannya berhubungan dengan usia dan cara berpikir. Tahap-tahap itu adalah:

1. Tahap Sensorimotor (dari usia lahir sampai 2 tahun)
Pada tahap ini seorang bayi membangun pemahamannya tentang dunia sekitarnya melalui koordinasi pengalaman indrawinya dengan gerakan motorik. Pada awal masa perkembangan bayi tak berbeda jauh dari gerakan refleksnya. Di akhir tahapan seorang bayi mulai bisa membedakan dirinya dan dunia sekitarnya dan mulai menyadai bahwa objek akan tetap ada walau tak terlihat atau tak terdengar.

2. Tahap Preoperasional (kira-kira usia 2 sampai 7 tahun)
Ciri utama fase ini adalah berpikir simbolik dan berpikir intuitif, egosentris dan animisme serta suka mendengarkan dongeng. Berpikir simbolik pada fase ini adalah anak sudah dapat mengungkapkan konsep yang tersusun dalam skemata di dalam imajinasinya, dan diungkapkan dalan bentuk kalimat dan gambar. Sedangkan animisme artinya anak percaya bahwa objek yang tidak bergerak dapat melakukan kegiatan seperti benda hidup. Pada tahap ini anak belum bisa berpikir konservasi atau irreversibel.

3. Tahap Operasional Konkret (kira-kira usia 7 sampai 11 tahun)
Menurut Santrok juga Jamaris, pada usia ini anak sudah mempu melakukan seriasi dan klasifikasi terhadap satu set objek dan juga menemukan hubungan logis antara elemen-elemen yang tersusun secara teratur (transitivity). Pada tahap ini anak juga mampu memecahkan masalah secara konkrit atau dalam bentuk kegiatan nyata. Selain itu anak juga sudah mulai mengurangi sifat egosentrisnya. Anak pada tahap ini sudah mengerti konsep irreversibel dan konservasi. Misalnya. Anak sudah mulai mengerti bahwa jika air dituangkan ke wadah lain maka volume/banyaknya tetap sama.

4. Tahap Operasional Formal (kira-kira usia 11- 15 tahun sampai dewasa).
Tahap operasional formal adalah tahap terakhir perkembangan kognitif menurut teori Piaget. Siswa pada usia ini telah mampu berpikir abstrak, idealistis dengan cara yang logis.

Pembelajaran adalah Proses Berpikir
Belajar adalah proses berpikir. Belajar berpikir menekankan kepada proses mencari dan menemukan pengetahuan melalui interaksi antara individu dengan lingkungan. Dalam pembelajaran berpikir proses pendidikan di sekolah tidak hanya menekankan kepada akumulasi pengetahuan materi pelajaran, akan tetapi yang diutamakan adalah kemampuan siswa untuk memperoleh pengetahuannya sendiri (self regulated).
Asumsi yang mendasari pembelajaran berpikir adalah bahwa pengetahuan itu tidak datang dari luar, akan tetapi dibentuk oleh individu itu sendiri dalam struktur kognitif yang dimilikinya. Atas dasar asumsi itulah pembelajaran berpikir memandang, bahwa mengajar itu bukanlah memindahkan pengetahuan dari guru pada siswa, melainkan suatu aktivitas yang memungkinkan siswa dapat membangun sendiri pengetahuannya. Menurut Bettencourt dalam Sanjaya (2009) dikatakan bahwa, mengajar dalam pembelajaran berpikir adalah berpartisipasi dengan siswa dalam membentuk pengetahuan, membuat makna, mencari kejelasan, bersikap kritis, dan mengadakan justifikasi.
Dalam proses pembelajaran La Costa (Sanjaya, 2009), mengklasifikasikan mengajar berpikir menjadi tiga, yaitu:
1) Teaching of thinking, adalah proses pembelajaran yang diarahkan untuk pembentukan keterampilan mental tertentu, seperti misalnya keterampilan berpikir kritis, berpikir kreatif, dan lain sebagainya. Dengan demikian, jenis pembelajaran ini lebih menekankan kepada aspek tujuan pembelajaran.
2) Teaching for thinking, adalah pembelajaran yang diarahkan pada usaha menciptakan lingkungan belajar yang dapat mendorong terhadap pengembangan kognitif. Jenis pembelajaran ini lebih menitikberatkan kepada proses menciptakan situasi dan lingkungan tertentu, contohnya menciptakan suasana keterbukaan yang demokratis, menciptakan iklim yang menyenangkan sehingga memungkinkan siswa dapat berkembang secara optimal.
3) Teaching about thinking, adalah pembelajaran yang diarahkan pada upaya untuk membantu agar siswa lebih sadar terhadap proses berpikirnya. Jenis pembelajaran ini lebih menekankan kepada metodologi yang digunakan dalam proses pembelajaran.
Pada kenyataannya, proses pembelajaran berpikir menyangkut tiga hal tersebut. Artinya, dalam pelaksanaan pembelajaran, kita tidak mungkin melepaskan ketiga aspek di atas. Contohnya, untuk dapat melatih keterampilan berpikir tertentu kepada siswa sangat diperlukan suasana yang mendukung serta metodologi yang dianggap efektif. Oleh karenanya, ketiga hal di atas, memiliki keterkaitan yang sangat erat bahkan tidak dapat dipisahkan.

Proses Pembelajaran adalah Memanfaatkan Potensi Otak
Pembelajaran berpikir adalah pemanfaatan dan penggunaan otak secara maksimal. Menurut beberapa ahli, otak manusia terdiri dari dua bagian, yaitu otak kanan dan otak kiri. Masing-masing belahan otak memilki spesialisasi dalam kemampuan-kemampuan tertentu.

Sifat Proses Berpikir Otak Kiri
Kedua belahan otak yang dimiliki manusia merupakan dua bagian yang tidak terpisah tanpa ada hubungan. Kedua belahan otak tersebut tetap saja memiliki hubungan (koneksi), walaupun setiap belahan otak bentunya memiliki fungsi yang berbeda satu dengan yang lain. Proses berpikir otak kiri bersifat: logis, linier (searah), rasional, sistematis, dan detail.

1. Logis
Logis merupakan suatu cara berpikir di mana bentuk dari berpikir itu sudah terpola dengan baku. Sebuah kesimpulan dalam cara berpikir logik didapat melalui suatu proses yang taat/terikat pada pola tersebut. Misalnya ada sebuah pernyataan bahwa semua manusia pasti mati (premis mayor). Kemudian ada pernyataan berikutnya yang mengatakan bahwa Tono adalah manusia (premis minor). Dari dua pernyataan tersebut dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa Tono pasti mati. Pada cara berpikir logis, sebuah kesimpulan didapat melalui sebuah penalaran yang sudah berpola.
2. Linier
Linier merupakan suatu cara berpikir di mana apa yang dipikirkan selalu searah. Misalnya apabila kita masuk ke dalam suatu ruangan yang gelap maka kita tidak akan dapat melihat, semakin gelap maka semakin tidak dapat melihat. Berpikir linier selalu melihat suatu hubungan berjalan searah.
3. Rasional
Rasional merupakan berpikir dengan menggunakan rasio sebagai dasar berpikirnya. Ide atau gagasan yang diperoleh didapat melalui suatu proses pertama informasi di tangkap oleh indera, kemudian diolah di otak, dihubungkan dengan pengetahuan sebelumnya, kemudian menghasilkan sebuah ide atau gagasan. Ini berbeda dengan berpikir intuitif di mana ide atau gagasan tiba-tiba muncul entah dari mana asalnya.
4. Sistematis
Sistematis merupakan proses berpikir di mana berpikir merupakan tahapan, dari tahap yang paling awal, kemudian, dan akhir. Dalam berpikir sistematis tidak diperkenan melewati satu tahapan dalam berpikir (loncat-loncat).
5. Detail
Berpikir detail merupakan berpikir di mana apa yang kita pikirkan kita bagi pada bagian yang rinci. Kemudian kita telaah secara spesifik dan mendalam.

Sifat Proses Berpikir Otak Kanan
Belahan otak kanan memiliki fungsi yang khusus yang berlainan dengan belahan otak kiri. Belahan otak kanan memiliki fungsi: acak, tidak teratur, intuitif, dan menyeluruh.

1. Acak
Acak yang dimaksud di sini adalah bahwa belahan otak kanan bekerja menghasilkan suatu ide, atau suatu kesimpulan tidak melalui suatu proses berpikir yang kaku. Dalam menghasilkan suatu lukisan yang indah seorang pelukis menemukan idenya tanpa harus berpikir logik. Ia berimajinasi dari suatu peristiwa pada peristiwa yang lain, dari suatu keadaan kepada keadaan yang lain.
2. Tidak Teratur
Belahan otak kanan memiliki karakterisik untuk berpikir tidak teratur. Ia dapat langsung pada ide pokoknya baru pada bagian lain yang lebih kecil, atau memulai sesuatu tanpa ada tahapan yang jelas.
3. Intuitif
Berpikir intuitif adalah berpikir di mana ide atau gagasan didapat tanpa melalui proses berpikir yang rasional. Ide atau gagasan itu muncul saja dari dalam pikirannya tanpa ia mengetahui dari mana asal pikiran itu. Ketika berada dalam kamar mandi terkadang muncul solusi atas permasalahan yang sebelumnya tidak kita ketemukaan jawabannya. Atau tiba-tiba kita ingin sekali pergi menemui ibu kita di rumah tanpa ada sesutu yang terjadi sebelumnya. Itulah berpikir intuitif.
4. Menyeluruh
Berpikir menyeluruh adalah berpikir dengan mempertimbangkan banyak hal. Melihat sesuatu dari berbagai sudut pandang, berbagai aspek. Dengan fungsi otak kanan ini, manusia dapat berpikir bahwa yang menyebabkan banjir bukan hanya karena hujan besar, akan tetapi banyak faktor lain lagi, seperti perilaku membuang sampah di kali, hilangnya daerah serapan air, banyaknya bangunan, dan lain sebagainya.
Cara berpikir otak kanan bersifat acak, tidak teratur, intuitif, dan menyeluruh. Cara berpikirnya sesuai dengan cara-cara untuk mengetahui yang bersifat nonverbal, seperti perasaan, dan emosi, kesadaran yang berkenaan dengan perasaan (perasaan kehadiran suatu benda atau orang), kesadaran ruang, pengenalan bentuk dan pola, musik, seni, kepekaan warna, kreativitas, dan visualisasi.
Namun, bukan berarti belahan otak kanan lebih penting daripada belahan otak yang kiri, ataupun sebaliknya. Kedua-duanya sangat penting, karena itu keduanya harus dikembangkan secara seimbang agar fungsi masing-masing belahan berjalan seimbang dan saling menguatkan. Jika hanya terfokus pada salah satu belahan maka belahan yang kurang berkembang akan terhambat dalam menjalankan fungsinya. Anak menjadi miskin kreativitas bila ia lebih banyak dirangsang untuk menggunakan belahan otak kirinya. Sebaliknya jika fungsi belahan otak kanannya yang lebih kerap digunakan, nantinya anak malah lambat dalam berpikir logis, linier dan teratur yang juga digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Beberapa latihan dan kebiasaan ini sebaiknya dilakukan tiap hari.
Pendapat lain tentang otak adalah teori Otak Triune. Triune berarti “three in one”. Menurut teori otak Triune, otak manusia terdiri dari tiga bagian, yaitu otak reptile, system limbic, dan neokorteks.
Otak reptile adalah otak paling sederhana. Tugas utama otak ini adalah mempertahankan diri. Otak ini menguasai fungsi otomatis seperti degupan jantung dan system peredaran darah. Disinilah pusat perilaku naluriah yang cenderung mengikuti contoh dan rutinitas secara membuta. Otak reptile diyakini sebagai otak hewan yang berfungsi untuk mengejar kekuasaan. Ia akan berbuat apa saja demi mencapai tujuan yang diinginkannya termasuk untuk mempertahankan diri.
System limbic adalah otak tengah yang memainkan peranan besar dalam hubungan manusia dan dalam emosi. Fungsi otak ini bersifat social dan emosional. Di otak ini juga terkandung sarana untuk mengingat jangka panjang.
Neokorteks adalah otak yang paling tinggi tingkatannya. Otak ini memiliki fungsi tingkat tinggi, misalnya mengembangkan kemampuan berbahasa, berpikir abstrak, memecahkan masalah, merencanakan kedepan dan berkreasi. Otak ni yang membuat manusia berbeda dengan makhluk lain ciptaan Tuhan.
Proses pendidikan mestinya mengembangkan setiap bagian otak. Apabila proses pembelajaran mampu mencapai otak neokorteks, maka sudah barang tentu otak reptile dan system limbic akan terkembangkan; namun demikian pembelajaran yang hanya menyentuh system limbic apalagi otak reptile belum tentu neokorteks akan terkembangkan. Dengan demikian, pembelajaran mestinya mengembangkan kemampuan-kemampuan yang berhubungan dengan fungsi neokorteks, melalui pengembangan berbahasa, memecahkan masalah, dan membangun kreasi.

Cara Memaksimalkan Kerja Otak
Beberapa cara sederhana berikut ini dapat dilakukan untuk memaksimalkan kerja otak kita, serta menjaga otak kita dari kepikunan:

1) Biasakan sarapan.
Sarapan merupakan energi untuk aktivitas kita. Dengan sarapan, berarti kita memiliki cadangan energi agar tetap fit dalam beraktivitas. Kenyatannya, banyak orang menyepelekan sarapan. Padahal, tidak mengkonsumsi makanan di pagi hari menyebabkan turunnya kadar gula dalam darah. Hal ini berakibat pada kurangnya masukan nutrisi pada otak yang akhirnya berakhir pada kemunduran otak. Karena itu pula, di bulan puasa kita dianjurkan untuk bersantap sahur. Tujuannya, agar ada cadangan energi untuk melakukan aktivitas selama seharian berpuasa. Nutrisi otak tidak hanya belajar dan menghapal, tapi juga makanan yang akan mentimulasi saraf-saraf kerja otak agar bekerja secara maksimal. Selain sarapan, mengkonsumsi makanan penambah daya ingat seperti minum teh dan pegagan juga sangat membantu asupan nutrisi otak.

2) Hindari terlalu banyak makan.
Mengontrol nafsu makan sama pentingnya dengan mengontrol emosi. Terlalu banyak makan akan mengeraskan pembuluh otak. Dalam jangka waktu tertentu, pengerasan pembuluh otak biasanya menuntun kita pada menurunnya kekuatan mental. Terlalu banyak makan biasanya mengundang kantuk. Terlalu sering tidur umumnya berarti sering membuat otak tidak terpakai alias libur. Lama-lama otak menjadi tumpul, banyak lupa dan bisa saja menyebabkan kemunduran mental dan pikun. Perut yang terlalu penuh terisi makanan akan melemahkan pikiran, sehingga fungsi kerja otak tidak maksimal.

3) Menghindari Merokok.
Selain berbahaya untuk jantung, paru-paru dan mengganggu fertilisasi, merokok juga berakibat sangat mengerikan pada otak kita. Merokok menyebabkan otak kita bisa menyusut dan akhirnya kehilangan fungsi-fungsinya. Dengan menyusutnya otak dan hilangnya fungsi otak, kita rawan Alzheimer (pikun), apalagi di masa tua kelak. Bahaya merokok tidak main-main, baik untuk perokok aktif maupun pasif. Kandungan nikotin berpengaruh besar terhadap kerusakan organ-organ tubuh manusia, termasuk otak kita.

4) Hindari mengkonsumsi gula berlebihan.
Terlalu banyak mengkonsumsi gula bisa meningkatkan risiko berbagi penyakit, seperti diabetes. Bagi otak, terlalu banyak asupan gula akan menghalangi penyerapan protein dan gizi sehingga tubuh kekurangan nutrisi dan perkembangan otak terganggu. Protein berguna untuk kecerdasan dan ketajaman daya ingat, sehingga jika asupannya terganggu, daya ingat akan melemah dan kurang konsentrasi. Sebaiknya, konsumsi gula sesuai kebutuhan tubuh saja, berimbang dengan kandungan gizi makanan lainnya. Sesuatu yang terlalu atau berlebihan memang tidak baik untuk kesehatan fisik, psikis dan otak kita.

5) Mewaspadai dan menghindari polusi udara.
Saat ini memang cenderung sulit menghindari polusi udara karena polusi udara sudah merambah ke hampir tiap sudut wilayak negeri. Tetapi paling tidak kita harus bisa mengantisipasi dan mengurangi risiko terkena polusi itu. Otak adalah bagian tubuh yang paling banyak menyerap udara. Jika terlalu lama berada di lingkungan dengan udara yang penuh polusi akan membuat kerja otak tidak efisien. Logikanya, kita pasti merasa tidak nyaman ketika berada di lingkungan berpolusi, sesak, bau dan sebagainya. Dalam kondisi seperti ini, kita juga akan sulit mengoptimalkan pikiran dan memusatkan perhatian karena perasaan tak nyaman itu.

6) Tidur dan istirahat yang cukup.
Tidur tidak sekedar mengistirahatkan tubuh, tetapi juga mengistirahatkan otak, khususnya serebral korteks. Serebral korteks ini adalah bagian otak terpenting atau fungsi mental tertinggi, yang digunakan untuk mengingat, memvisualisasikan dan membayangkan, serta menilai dan memberikan alasan sesuatu. Bila kita sering melalaikan tidur akan membuat sel-sel otak banyak yang mati kelelahan. Memaksakan otak bekerja keras tanpa istirahat sama dengan membunuh banyak sel-sel otak kita. Menurut penelitian, 24 jam saja kita tidak tidur, maka akan muncul gejala gangguan mental serius, seperti cepat marah, kehilangan memori, berhalusinasi dan berilusi. Ini merupakan reaksi dari kelelahan otak yang disebabkan pula lelahnya otot atau fisik kita karena tidak tidur. Jika sudah begini, jangankan memaksimalkan kerja otak, mengontrol emosi pun akan lebih sulit.

7) Tidur dalam gelap tanpa menutupi kepala.
Ketika tidur, sebaiknya ada sirkulasi udara yang lancar. Biasakan untuk meminimalkan penggunaan lampu agar tercipta suasana kegelapan yang alami. Kegelapan ternyata bisa membantu mengatasi kelelahan tubuh dan pikiran kita, sehingga produksi hormon melatonin optimal. Hormon melatonin bermanfaat untuk menjaga irama tubuh dalam pengaturan tidur, meningkatkan imunitas tubuh, membantu relaksasi otot, meningkatkan mood dan menghilangkan ketegangan pikiran. Membiarkan kepala terbuka saat tidur sama dengan menyerap asupan hawa yang penting untuk sirkulasi otak kita. Sebaliknya, menutupi kepala ketika tidur merupakan kebiasaan buruk yang sangat berbahaya. Karbondioksida yang diproduksi selama tidur akan terkonsentrasi, sehingga otak tercemari. Lama-lama otak menjadi rusak.
8) Jangan berpikir terlalu keras ketika sakit.
Saat sakit, tubuh sedang mengalami penurunan kemampuannya. Bekerja keras, berpikir keras atau memaksakan belajar ketika kondisi tubuh sedang tidak fit akan berpengaruh terhadap daya otak kita. Jika dipaksakan, kerja otak menjadi tidak efektif dan bisa merusak sel-sel otak. Karena itu, para ahli medis sering menyarankan agar jangan banyak pikiran ketika sakit. Tujuannya, supaya kerja otak kita yang tidak optimal saat sakit tidak terlalu terbebani. Organ-organ tubuh manusia memiliki kelemahan, sehingga perlu dipulihkan dan diberi kesempatan untuk rehat (relaksasi). Berdoa dengan khusyuk merupakan cara terbaik yang bisa menumbuhkan penyerahan dan kepasrahan diri, serta ketenangan jiwa dan pikiran, sehingga bisa mempercepat proses penyembuhan. Kedekatan ini yang akan membuat pikiran kita semakin positif , sehingga otak kita juga rileks dan cepat pulih.

9) Meningkatkan stimulasi otak.
Berpikir adalah cara terbaik untuk melatih kerja otak. Kurang berpikir justru membuat otak menyusut dan akhirnya tidak berfungsi maksimal. Kontinuitas berpikir yang baik terjadi ketika kita tetap belajar. Artinya, kita wajib belajar sepanjang usia kita. Belajar tidak harus selalu diasumsikan dengan sekolah karena banyak sumber belajar yang sederhana dan mudah dijalani. Membaca buku-buku yang bermanfaat, karena membaca dapat meningkatkan kemampuan daya ingat dan konsentrasi. Otak yang terstimulasi dengan energi positif akan bekerja secara positif dan maksimal, serta akan menghasilkan pemikiran-pemikiran positif, sehingga kepikunan dan kerusakan otak bisa dicegah.

10) Melakukan pembicaraan yang bermanfaat.
Ngobrol, bercerita, curhat atau melakukan percakapan ternyata memiliki efek positif pada otak. Percakapan intelektual biasanya membawa efek bagus pada kerja otak yang dipicu oleh proses berpikir yang baik. Sharing masalah dengan orang yang tepat juga bisa menstimulasi otak kita untuk berpikir solutif dan terkontrol karena masukan yang tepat akan membuat wawasan berpikir kita semakin kaya. Dengan banyak menerima informasi yang berbeda, memori otak juga semakin terlatih, menyimpan dan menyalurkan informasi tersebut dengan terarah. Otak juga bisa jenuh kalau hanya terkurung dalam kebisuan dan menerima informasi yang monoton. Memanfaatkan kemampuan bicara kita untuk menerima dan menyampaikan hal yang bermanfaat baik untuk otak dan hubungan sosial kita. Mengikuti kegiatan sosial juga dapat menjadi sarana untuk melakukan pembicaraan dan kegiatan yang bermanfaat, sehingga keuntungan sosialisasi didapat, otak pun tidak cepat rusak.

11) Menulislah.
Selain bicara, otak juga dapat dioptimalkan fungsi kerjanya dengan menulis. Menulis ekspresif seperti menulis diary atau menulis kronologis seperti menulis biografi, serta menulis ilmiah akan meningkatkan daya kerja otak. Membaca, berpikir dan menulis merupakan rangkaian stimulus otak yang komplit. Ketika menulis, otak kiri dan kanan kita ikut bekerja, sehingga keseimbangan fungsi otak tetap terjaga dan daya ingat kita terasah untuk mengolah ide menjadi kata dan bahasa yang dituangkan dalam kalimat-kalimat di tulisan kita. Saat ini, media menulis sudah semakin berkembang, menulis di blog bisa menjadi salah satu alternatif menulis dan sharing informasi dengan orang lain. Selain otak kita terasah, perasaan dan pemikiran kita tersalurkan juga bisa meluaskan hubungan sosial kita.

12) Olahraga teratur.
Olahraga penting untuk menjaga kebugaran tubuh dan mengaktifkan fungsi-fungsi organ tubuh. Jika koordinasi antarorgan tubuh terjalin dengan baik, maka asupan nutrisi juga lancar, sehingga tidak hanya tubuh yang fit, tetapi juga otak yang “cling”. Saat ini dikembangkan kegiatan olahraga yang berfungsi mengaktifkan fungsi kerja otak agar tergindar dari kepikunan. Istilahnya GLO (Gerak Latih Otak) atau biasa disebut senam otak. Inti dari senam otak ini ialah meredakan ketegangan, peregangan saraf dan otot, pengaturan nafas, serta pemusatan konsentrai. Kita juga dapat melakukan olahraga ringan seperti jogging, dan catur. Sebagaimana diungkapkan Ahli Geriatri dari Montefiore Medical Center, Dr Gary Kennedy bahwa mengerjakan teka-teki silang, bermain catur atau belajar bahasa bisa bermanfaat untuk meningkatkan fungsi kerja otak, sehingga terhindar dari demensia dan Alzheimer.

13) Relaksasi dan Rekreasi.
Rekreasi merupakan salah satu kegiatan relaksasi otak dari kepenatan. Rekreasi ke tempat-tempat yang menyenangkan, atau rekreasi dengan melakukan kegiatan seputar hobi bisa membuat otak rileks. Perasaan suka dan bahagia yang dirasakan ketika rekreasi ini akan menstimulasi kerja otak kita, sehingga pikiran lebih segar dan tidak mumet.

14) Beribadah dengan khusyuk.
Beribadah dan berdoa dengan khusyuk akan meningkatkan konsentrasi dan meningkatkan kemampuan memusatkan perhatian. Kedua hal ini merupakan pilar sekaligus akar daya ingat yang akan menjaga keseimbangan memori dan fungsi otak. Secara spiritual, ibadah yang khusyuk dan dzikrullah memberikan efek konsentrasi dan relaksasi hati juga pikiran kita karena kita memasrahkan raga dan jiwa kepada Yang Memiliki kita. Segala persoalan hidup, harapan dan kebutuhan tersampaikan dalam hubungan vertikal yang dalam. Menenangkan jiwa, menumbuhkan spirit dan menanamkan optimis akan kekuatan Maha Pencipta. Kesadaran, kepasrahan dan konsentrasi spiritual inilah yang mampu menjaga otak dari kepikunan karena kita selalu ingat akan Yang Menciptakan kita.

Pembelajaran Berlangsung Sepanjang Hayat
Belajar adalah proses yang terus-menerus, yang tidak pernah berhenti dan tidak terbatas pada dinding kelas. Hal ini berdasar pada asumsi bahwa sepanjang kehidupannya manusia akan selalu dihadapkan pada masalah atau tujuan yang ingin dicapainya. Dalam proses mencapai tujuan itu, manusia akan dihadapkan pada berbagai rintangan. Manakala rintangan sudah dilaluinya, maka manusia akan dihadapkan pada tujuan atau masalah baru; untuk mencapai tujuan itu manusia akan dihadapkan pada rintangan baru pula, yang kadang-kadang rintangan itu semakin berat. Demikianlah siklus kehidupan dari mulai lahir sampai kematiannya manusia akan senantiasa dihadapkan pada tujuan dan rintangan terus-menerus. Dikatakan manusia yang sukses dan berhasil manakala ia dapat menembus rintangan itu; dan dikatakan manusia gagal manakala ia tidak dapat melewati rintangan yang dihadapinya. Atas dasar inilah sekolah harus berperan sebagai wahana untuk memberikan latihan bagaimana cara belajar. Melalui kemampuan bagaimana cara belajar, siswa akan dapat belajar memecahkan setiap rintangan yang dihadapi sampai akhir hayatnya.
Prinsip belajar sepanjang hayat seperti yang telah dikemukakan di atas, sejalan dengan empat pilar pendidikan universal seperti yang dirumuskan UNESCO (1996) dalam Sanjaya (2009), yaitu:

(1) Learning to know, yang berarti juga learning to learn
Belajar itu pada dasarnya tidak hanya berorientasi kepada produk atau hasil belajar, akan tetapi juga harus berorientasi kepada proses belajar. Dengan proses belajar, siswa bukan hanya sadar akan apa saja yang harus dipelajari akan tetapi juga memilki kesadaran dan kemampuan bagaimana cara mempelajari yang harus dipelajari itu. Dengan kemampuan itu memungkinkan proses belajar tidak akan berhenti atau terbatas di sekolah saja, akan tetapi memungkinkan siswa secara terus-menerus belajar dan belajar. Inilah hakikat belajar sepanjang hayat. Apabila hal ini dimiliki siswa, maka masyarakat belajar (learning society) sebagai salah satu tuntutan masyarakat informasi akan terbentuk. Oleh sebab itu, dalam konteks learning to know juga bermakna “learning to think” atau belajar berpikir, sebab setiap individu akan terus belajar manakala dalam dirinya tumbuh kemampuan dan kemauan untuk berpikir.

(2) Learning to do
Belajar bukan hanya sekadar mendengar atau melihat dengan tujuan akumulasi pengetahuan, akan tetapi belajar untuk berbuat dengan tujuan akhir penguasaan kompetensi yang diperlukan dalam era persaingan global. Kompetensi akan dimiliki manakala anak diberi kesempatan untuk melakukan sesuatu. Dengan demikian, learning to do juga berarti proses pembelajaran berorientasi kepada pengalaman (learning by experiences).

(3) Learning to be
Belajar adalah membentuk manusia yang “menjadi dirinya sendiri”, dengan kata lain belajar untuk mengaktualisasikan dirinya sendiri sebagai individu dengan kepribadian yang memiliki tanggung jawab sebagai manusia. Dalam pengertian ini juga terkandung makna kesadaran diri sebagai makhluk yang memiliki tanggung jawab sebagai khalifah serta menyadari akan segala kekurangan dan kelemahannya.

(4) Learning to live together
Belajar adalah untuk bekerja sama. Hal ini sangat diperlukan sesuai dengan tuntutan kebutuhan dalam masyarakat global dimana manusia baik secara individual maupun secara kelompok tidak mungkin dapat hidup sendiri atau mengasingkan diri bersama kelompoknya. Dalam konteks ini termasuk juga pembentukan masyarakat demokratis yang memahami dan menyadari akan adanya setiap perbedaan pandangan antara individu.

Implikasi Dalam Dunia Pendidikan
Pentingnya dasar biologis untuk pengembangan pemikiran ini selalu sering diabaikan oleh pendidik. Periodik peningkatan pertumbuhan otak (mungkin pembentukan selular jaringan) ditambah dengan bentuk yang baru, kemampuan berpikir bebas (kemampuan awal yang berisi konten) yang diikuti oleh jangka waktu yang memungkinkan kemampuan baru menjadi terintegrasi, dapat digunakan, dan menjadi fungsional. Sayangnya, organisasi dan desain buku teks komersial tidak sesuai dengan kapasitas berpikir siswa. Banyak topik yang diperkenalkan pada tahap sebelum siswa dapat memahami mereka. Konten tidak diatur sehingga dapat dipelajari dan dibangun di atas usia setahun.
Kebanyakan guru yang sudah terbiasa mengajar dengan metode lama. Keterampilan dan peningkatan kompleksitas konsep sebagai siswa bergerak melalui kelas. Kurikulum harapan untuk kinerja siswa didasarkan di indeks kelas sekolah, usia kronologis, atau pencapaian skor, daripada pada kognitif pembangunan.

1) Meningkatkan Daya Ingat dan Logika Berpikir
Banyak orangtua yang berpandangan bahwa dengan sekali membaca anak yang pintar akan bisa mengingatnya dengan baik. Maka ketika seorang anak kemudian lupa pada apa yang baru dibacanya kemudian dianggap daya ingatnya rendah. Memang ada 1% anak yang seperti itu, tetapi kebanyakan anak membutuhkan waktu paling tidak 3 kali untuk mengulang dan mengingatnya kembali agar kuat tertanam di benaknya. Jadi tidak bosan mengulang membaca pelajaran adalah hal yang harus dibiasakan pada anak. Karena belum paham hal tersebut maka kita sebagai orangtua harus memotivasi mereka. Dengan bermain tebak-tebakan misalnya maka anak akan terdorong untuk mengingat kembali apa yang barusan dibacanya. Atau sesekali orangtua yang membaca dan anak mendengarnya, kemudian tanya anak kembali beberapa hal yang diingatnya. Bahkan main tebak-tebakan ini bisa dilakukan tiap waktu, sambil makan malam, sambil menonton TV, dalam perjalanan mengantarnya sekolah misalnya.

2) Alat Peraga dan Optimalkan Panca Indera
Alat peraga merupakan alat bantu yang sangat bagus untuk membuat ingatan anak makin kuat serta mudah mencerna sehingga daya analogi-logikanya berjalan. Misalnya menerangkan pembagian, pergunakan kerikil atau biji-bijian sehingga anak mudah memahami bahwa 20 biji kalau dibagi 2 maka sama rata tiap bagian akan berjumlah sepuluh. Dengan makin banyak alat bantu yang bisa disentuh, dilihat, dibaui dan didengarnya maka akan makin kuat memori anak. Jadi optimalkan kelima panca inderanya untuk membentuk kesan yang kuat pada memorinya.

3) Biasakan Rapi dan Disiplin
Sementara untuk membantu anak tidak melupakan barang-barangnya dan tidak teledor, maka biasanya anak bertindak rapi dan disiplin untuk meletakkan barang-barang sesuai dengan tempatnya. Misalnya bedakan di mana tempat menaruh peralatan sekolahnya, buku-buku pelajaran, alat-alat bermain, peralatan keterampilan, buku-buku sekolah maupun buku-buku komiknya. Kebiasaan kecil ini kalau diremehkan akan membentuk sikap teledor dan pelupa sampai dewasa.

4) Musik, Seni dan Olah Raga
Di pagi hari, hidupkan musik yang dinamis, siang hari musik yang lebih menenangkan agar anak bisa beristirahat. Musik apapun merupakan stimulan yang ampuh untuk membuat kita tenang atau memberikan dorongan semangat. Dorong anak mengembangkan bakat seni atau olah raga yang nampak disukainya. Bermain yang membutuhkan banyak gerakan fisik juga merupakan salah satu bentuk olah raga ringan yang bagus untuk merangsang otak kanannya seperti bersepeda atau kejar-kejaran. Akan lebih bagus lagi apabila lebih rutin dan terkontrol seperti berenang, lari pagi tiap minggu, karate dll.

5) Membaca dan Berbahasa yang Baik dan Benar
Membaca merupakan media untuk membuka jendela dunia. Kebiasaan membaca buku-buku yang baik yang memiliki kosa kata dan dialog yang baik merupakan contoh yang sering menjadi bahan imitasi berbahasa anak sehari-hari. Maka berikan buku-buku bacaan yang berkualitas. Demikian pula cara kita berbicara akan sering didengar anak dan menjadi contoh pula caranya berkomunikasi dengan orang lain, jadi pergunakan cara berbahasa yang baik dan benar. Membacakan cerita sebelum tidur, selain akan menambah kosa kata anak juga akan melatihnya berbahasa sesuai dengan dialog yang didengarnya.

6) Melatih Daya Tahan terhadap Rasa Kecewa
Banyak orangtua yang merasa bersalah karena masa kecilnya yang serba kekurangan atau merasa kurang waktu untuk anak, kemudian menggantikannya dengan memenuhi segala permintaan anak. Pada akhirnya anak sama sekali tidak pernah merasakan bagaimana rasanya ditolak keinginannya, bagaimana menahan keinginan, ataupun rasa kecewa ketika gagal mencapai suatu hal. Padahal hal-hal ini sangat berguna untuk merangsang kemampuan mengontrol diri dan melatih stabilitas emosinya, kemampuan pada otak kanan yang berhubungan dengan kecerdasan emosinya kelak. Jadi sesekali boleh kita melakukannya, tetapi tentu saja jangan biarkan anak frustrasi berkepanjangan, komunikasi dan berikan pengertian sehingga anak bisa belajar mentoleransi dan beradaptasi dengan rasa kecewanya. Berlatih dan membiasakannya menjadi kebiasaan rutin dan baik.
Siswa tidak boleh dibuat bosan oleh pekerjaan yang terlalu mudah atau dibiarkan tertinggal oleh pengajaran yang tidak mereka pahami. Disekuilibrium harus dijaga benar-benar pas untuk mendorong pertumbuhan.
Inti dari implementasi teori Piaget dalam pembelajaran antara lain sebagai berikut :
1) Memfokuskan pada proses berfikir atau proses mental anak tidak sekedar pada produknya. Di samping kebenaran jawaban siswa, guru harus memahami proses yang digunakan anak sehingga sampai pada jawaban tersebut.
2) Pengenalan dan pengakuan atas peranan anak-anak yang penting sekali dalam inisiatif diri dan keterlibatan aktif dalam kegaiatan pembelajaran. Dalam kelas Piaget penyajian materi jadi (ready made) tidak diberi penekanan, dan anak-anak didorong untuk menemukan untuk dirinya sendiri melalui interaksi spontan dengan lingkungan.
3) Tidak menekankan pada praktek-praktek yang diarahkan untuk menjadikan anak-anak seperti orang dewasa dalam pemikirannya.
4) Penerimaan terhadap perbedaan individu dalam kemajuan perkembangan, teori Piaget mengasumsikan bahwa seluruh anak berkembang melalui urutan perkembangan yang sama namun mereka memperolehnya dengan kecepatan yang berbeda.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar